Tambnas News - Perdagangan pada pekan ini membuat harga batu bara kembali menguat dan mendekati level US$ 85/ton. Namun, penguatan batu bara pada pekan ini tak sekuat di akhir Januari 2021.
Pada perdagangan Jumat (12/2/2021) akhir pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melemah 0,76% ke level US$ 84,9/ton. Namun sepanjang pekan ini, harga batu legam itu masih menguat walaupun tak sekuat pada akhir Januari lalu, yakni 1,07% secara point-to-point.
Reli harga batu bara yang tak sekuat pada akhir Januari lalu disebabkan dari beberapa alasan. Salah satu alasan pemicunya adalah selisih harga batu bara termal Newcastle dengan batu bara lokal China yang semakin menurun menjadi di bawah US$ 20/ton. Padahal sebelumnya selisih harga sempat mencapai US$ 70/ton.
Meskipun sudah anjlok tajam harga batu bara China masih di atas target yang dipatok oleh pemerintah di RMB 500 - RMB 570 per ton. Inilah yang membuat kenapa harga batu bara termal Newcastle belum juga ikut surut secara signifikan.
China memang agresif untuk menghemat pasokan listrik, dan menggeber produksi batu bara lokal supaya bisa memenuhi kebutuhan domestik. Tak sampai di situ China juga melonggarkan kebijakan impornya.
Saat pandemi Covid-19 merebak luas di tahun 2020, permintaan terhadap batu bara drop karena konsumsi listrik untuk sektor komersial dan industri anjlok. Alhasil produsen memangkas produksi.
Namun saat China berhasil menjinakkan Covid-19 dan ekonomi rebound permintaan batu bara berangsur pulih. Hal ini turut mengerek harga dan ketika harga naik maka produsen akan kembali menggeber produksi.
Hanya saja ada faktor lain yang bisa membuat harga batu bara kehilangan momentum yaitu berakhirnya musim dingin dan perayaan tahun baru Imlek. Namun apabila harga komoditas energi fosil lain seperti minyak dan gas masih lanjut naik, tak menutup kemungkinan harga batu bara pun demikian.
Post a Comment for "Harga Batubara Kembali Menguat"